Waikelo Sawah - Air Terjun Dari Dalam Gua
Pulau Sumba memang unik. Pulau ini menyajikan paket wisata lengkap. Dari pantai-pantainya yang indah dan eksotis, budayanya yang unik, arsitektur rumahnya yang menarik, alam hutannya yang masih asri, sampai air terjunnya yang keren-keren.
Salah satu air terjun yang termasuk keren adalah Air Terjun Waikelo Sawah. Air terjun ini tidak begitu tinggi tapi memiliki debit air yang besar, dan yang paling unik adalah, air terjun ini bersumber dari dalam tanah, tepatnya dari sebuah gua di kaki bukit.
Air Terjun Waikelo Sawah sudah dimodifikasi untuk tujuan irigasi dan menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) pertama di Sumba. Aliran airnya mampu mengairi sawah untuk beberapa desa. Diantaranya adalah Desa Tema Tana, Kalembu Ndara Mane, Mareda Kalada, Pada Eweta, Wee Rame, Dikira, dan Desa Tanggaba.
Lokasinya tidak jauh dari tempat saya dan teman-teman menginap. Saya menginap di rumah Bapak Haris, warga asli Flores yang menetap di Sumba Barat Daya. Keramah-tamahan beliau sekeluarga sungguh sangat luar biasa, sampai kami anggap sebagai orang tua kedua kami selama berada di Sumba.
Yang punya ide untuk mengunjungi Waikelo Sawah adalah Pak Haris, kebetulan waktu itu adalah akhir pekan, jadi saya bersama sembilan teman dan keluarga beliau pergi ke air terjun bersama-sama, layaknya sebuah keluarga yang harmonis.
Gua tersebut langsung terlihat dari saat kami memarkirkan kendaraan. Samar-samar diatas sebuah air terjun terdapat sebuah lubang goa yang ditumbuhi oleh tumbuhan lumut dan tumbuhan menjalar, membuatnya terlihat seperti sebuah tempat di dalam dunia Jurassic Park.
Kendaraan di parkirkan di pinggir jalan pengerasan yang dikelilingi oleh sawah-sawah hijau yang masih terlihat basah karena hari itu hujan baru saja reda. Musim hujan membuat debit Air Terjun Waikelo Sawah tambah besar.
Beberapa saluran irigasi mengalir membentuk sungai-sungai kecil dibawah air terjun. Airnya dingin dan sangat jernih. Saya mengambil airnya dengan kedua tangan dan kemudian membasuhkannya ke muka, segar sekali.
Di saluran sebelah, terlihat beberapa gadis muda berkulit hitam manis dengan hidung mancung dan rambut yang ikal sedang mencuci baju. Mereka terlihat bercakap-cakap dan sesekali diiringi lirikan mata kearah kami kemudian terkikik lucu. Mungkin heran, ada orang dari pulau lain yang terlihat heboh hanya karena sebuah air terjun.
Saya menaiki sebuah tangga yang membawa saya keujung sebuah pondasi dimana saya bisa melihat gua Waikelo Sawah dengan lebih dekat. Didepan gua terdapat sebuah kolam yang sangat jernih dan berwarna kehijauan.
Tanaman rambat menjulur panjang diatas langit-langit tebing. Walaupun terlihat tenang, kolam tersebut sebenarnya cukup dalam. Semakin dekat aliran kolamnya dengan tebing air terjun maka arusnya pun berubah menjadi semakin deras.
Pengunjung tidak boleh berenang di kolam ini karena menurut Pak Haris arus didalam kolam tersebut sangat deras dan dulu pernah memakan korban jiwa. Sungguh air tenang yang menghanyutkan.
Selepas melihat-lihat gua Waikelo Sawah, kami turun dan melanjutkan bermain-main air di kali-kali kecil yang ada di bawah air terjun. Air yang jernih dibawah rimbunnya pohon serta sawah-sawah hijau disekeliling kami membuat agenda hari itu sangat menyenankan.
Pak Haris beranjak menuju mobil dan kembali membawa dua botol air mineral ditangan kanannya serta dua gelas sloki ditangan kirinya. Botolnya berisi air berwarna putih keruh, minuman beralkohol khas Sumba yang bernama moke. "Mari kita minum dulu, biar hangat" kata beliau sambil mengangkat dua botol itu ke atas.
Kami, para pria-pria yang butuh kehangatan berkumpul, dan duduk berkeliling diatas rumput yang agak basah sementara para ladies tidak tertarik sama sekali dan lebih memilih untuk kembali bermain air dan berfoto-foto.
Gelas berputar, dan obrolan semakin hangat. Keakraban semakin terjalin di atas alam Sumba yang indah. Dengan turunnya hujan gerimis, maka kami menyudahi kunjungan di Waikelo Sawah hari itu untuk kembali kerumah Pak Haris karena ayam kampung yang tadi pagi kami beli sudah menunggu untuk disantap.
Cara menuju ke Waikelo Sawah
Air Terjun Waikelo Sawah berada di Desa Tema Tana, Kecamatan Wewewa Timur. Kalau datang dari Bandara Tambolaka, maka Waikelo Sawah berda di jalur antara Tambolaka di Sumba Barat Daya ke arah pusat Kota Waikabubak di sumba Barat. Jaraknya sekitar 12 km dari Tambolaka dengan lama perjalanan sekitar 40 menit menggunakan kendaraan bermotor.
Tidak ada warung disekitar air terjun karena tempatnya cukup mblusuk, jadi pastikan untuk membawa perbekalan sendiri.
Waktu saya kesana, tidak ada papan nama yang menunjukan lokasi air terjun sehingga kamu bisa menanyakannya ke warga sekitar. Jangan takut dan malu bertanya, karena hampir semua warga Sumba pasti akan tersenyum saat bercakap-cakap denganmu, karena mereka adalah warga yang sangat ramah.
Air Terjun Waikelo Sawah sudah dimodifikasi untuk tujuan irigasi dan menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) pertama di Sumba. Aliran airnya mampu mengairi sawah untuk beberapa desa. Diantaranya adalah Desa Tema Tana, Kalembu Ndara Mane, Mareda Kalada, Pada Eweta, Wee Rame, Dikira, dan Desa Tanggaba.
Lokasinya tidak jauh dari tempat saya dan teman-teman menginap. Saya menginap di rumah Bapak Haris, warga asli Flores yang menetap di Sumba Barat Daya. Keramah-tamahan beliau sekeluarga sungguh sangat luar biasa, sampai kami anggap sebagai orang tua kedua kami selama berada di Sumba.
Yang punya ide untuk mengunjungi Waikelo Sawah adalah Pak Haris, kebetulan waktu itu adalah akhir pekan, jadi saya bersama sembilan teman dan keluarga beliau pergi ke air terjun bersama-sama, layaknya sebuah keluarga yang harmonis.
Gua tersebut langsung terlihat dari saat kami memarkirkan kendaraan. Samar-samar diatas sebuah air terjun terdapat sebuah lubang goa yang ditumbuhi oleh tumbuhan lumut dan tumbuhan menjalar, membuatnya terlihat seperti sebuah tempat di dalam dunia Jurassic Park.
Kendaraan di parkirkan di pinggir jalan pengerasan yang dikelilingi oleh sawah-sawah hijau yang masih terlihat basah karena hari itu hujan baru saja reda. Musim hujan membuat debit Air Terjun Waikelo Sawah tambah besar.
Beberapa saluran irigasi mengalir membentuk sungai-sungai kecil dibawah air terjun. Airnya dingin dan sangat jernih. Saya mengambil airnya dengan kedua tangan dan kemudian membasuhkannya ke muka, segar sekali.
Di saluran sebelah, terlihat beberapa gadis muda berkulit hitam manis dengan hidung mancung dan rambut yang ikal sedang mencuci baju. Mereka terlihat bercakap-cakap dan sesekali diiringi lirikan mata kearah kami kemudian terkikik lucu. Mungkin heran, ada orang dari pulau lain yang terlihat heboh hanya karena sebuah air terjun.
Saya menaiki sebuah tangga yang membawa saya keujung sebuah pondasi dimana saya bisa melihat gua Waikelo Sawah dengan lebih dekat. Didepan gua terdapat sebuah kolam yang sangat jernih dan berwarna kehijauan.
Tanaman rambat menjulur panjang diatas langit-langit tebing. Walaupun terlihat tenang, kolam tersebut sebenarnya cukup dalam. Semakin dekat aliran kolamnya dengan tebing air terjun maka arusnya pun berubah menjadi semakin deras.
Pengunjung tidak boleh berenang di kolam ini karena menurut Pak Haris arus didalam kolam tersebut sangat deras dan dulu pernah memakan korban jiwa. Sungguh air tenang yang menghanyutkan.
Selepas melihat-lihat gua Waikelo Sawah, kami turun dan melanjutkan bermain-main air di kali-kali kecil yang ada di bawah air terjun. Air yang jernih dibawah rimbunnya pohon serta sawah-sawah hijau disekeliling kami membuat agenda hari itu sangat menyenankan.
Pak Haris beranjak menuju mobil dan kembali membawa dua botol air mineral ditangan kanannya serta dua gelas sloki ditangan kirinya. Botolnya berisi air berwarna putih keruh, minuman beralkohol khas Sumba yang bernama moke. "Mari kita minum dulu, biar hangat" kata beliau sambil mengangkat dua botol itu ke atas.
Kami, para pria-pria yang butuh kehangatan berkumpul, dan duduk berkeliling diatas rumput yang agak basah sementara para ladies tidak tertarik sama sekali dan lebih memilih untuk kembali bermain air dan berfoto-foto.
Gelas berputar, dan obrolan semakin hangat. Keakraban semakin terjalin di atas alam Sumba yang indah. Dengan turunnya hujan gerimis, maka kami menyudahi kunjungan di Waikelo Sawah hari itu untuk kembali kerumah Pak Haris karena ayam kampung yang tadi pagi kami beli sudah menunggu untuk disantap.
Cara menuju ke Waikelo Sawah
Air Terjun Waikelo Sawah berada di Desa Tema Tana, Kecamatan Wewewa Timur. Kalau datang dari Bandara Tambolaka, maka Waikelo Sawah berda di jalur antara Tambolaka di Sumba Barat Daya ke arah pusat Kota Waikabubak di sumba Barat. Jaraknya sekitar 12 km dari Tambolaka dengan lama perjalanan sekitar 40 menit menggunakan kendaraan bermotor.
Simak Kisah Perjalanan Saya di Sumba Selengkapnya DisiniKondisi jalan sudah beraspal halus, namun beberapa titik di dekat lokasi masih merupakan jalan pengerasan, terutama mendekati lokasi air terjun. Belum ada transportasi umum ke lokasi, jadi pengunjung bisa mengunakan jasa ojek dari kota Tambolaka atau menyewa kendaraan.
Tidak ada warung disekitar air terjun karena tempatnya cukup mblusuk, jadi pastikan untuk membawa perbekalan sendiri.
Waktu saya kesana, tidak ada papan nama yang menunjukan lokasi air terjun sehingga kamu bisa menanyakannya ke warga sekitar. Jangan takut dan malu bertanya, karena hampir semua warga Sumba pasti akan tersenyum saat bercakap-cakap denganmu, karena mereka adalah warga yang sangat ramah.
Oya, kalau ingin berkunjung ke Sumba, sebaiknya datang pada bulan Februari, Maret atau November karena pada bulan-bulan tersebut diadakan tradisi rutin masyarakat Sumba yaitu tradisi Pasola dan Wula Podu yang sangat sayang untuk dilewati jika sedang menjelajahi tanah Sumba.
keren juga tempatnya. pemandangan foto air di dalam goa menambah eksotisme alamnya.
BalasHapusKalau untuk bersantai sore-sore bagus gak ya disana?