Menyibak Kabut Gunung Beser Purbalingga
Cuaca sore hari ini begitu buruk.
Petir bersahut-sahutan di angkasa. Saya hanya bisa memandangnya dengan pasrah karena
acara ngecamp sore ini jadi batal karena hujan.
Sebenarnya saya bersama seorang teman berencana untuk mengeksplor sebuah gunung di Kecamatan Karang Jambu, Kabupaten Purbalingga. Gunung ini terlihat begitu menjulang saat dilihat dari jalanan dan nampaknya belum pernah di eksplorasi untuk kegiatan wisata.
Gunung ini juga terlihat di cerita saya sebelumnya saat saya berada di Desa Wisata Limbasari. Nama gunung ini adalah Gunung
Beser.
Rencana ngecamp akhirnya dibatalkan. Tetapi kami tetap berencana untuk naik dan mengeksplorasi Gunung Beser pada dini
hari.
Pukul tiga pagi kami berangkat dari Kota Purbalingga menuju Karang Jambu.
Perjalanan ditempuh dalam waktu sekitar satu jam untuk sampai di bawah kaki Gunung Beser dengan kondisi jalan yang naik turun tanpa adanya lampu jalan sama sekali.
Memasuki kawasan hutan pinus, jalan berganti dari aspal menjadi tanah berlumpur yang licin karena habis diguyur hujan. Saking licinnya, laju motor sampai terseak-seok, jatuh bangun.
Kami berhentikan motor di pinggir jalan karena jalan didepan sudah
tidak mungkin lagi untuk ditempuh motor biasa, setidaknya harus
menggunakan motor trail.
Perjalanan mendaki dimulai. Tidak
ada siapa-siapa, hanya kami berdua ditengah gelapnya hutan pinus ini. Suara
burung hantu sayup-sayup terdengar dari kejauhan.
Kondisi jalur tracking Gunung Beser
cukup datar, dengan kemiringan tanjakan yang normal. Tetapi, walaupun jalurnya mudah, tetap saja membuat nafas tersengal-sengal karena belakangan ini
kegiatan saya cuma tidur dan makan saja, tanpa olahraga. Hehe.
Sekitar setengah jam berjalan tanpa henti, hutan pinus pun
berganti menjadi hutan semak belukar yang tinggi-tinggi dengan puncak Gunung Beser yang mulai terlihat.
Kami melanjutkan berjalan di pungungan bukit dimana sebelah kanan kami adalah
jurang, sementara sebelah kirinya hutan semak belukar.
Semak belukar yang tingginya mungkin mencapai satu setengah meter ini biasanya oleh warga sekitar dijadikan bahan baku pembuatan sapu atau atap rumah.
Semburat cahaya matahari pagi mulai terlihat mengintip dari balik awan yang mendung.
Kami sempat beberapa kali
nyasar karena mengira jalur yang dilalui bakal menuju puncak, tapi ternyata setelah diikuti, jalurnya putus, hanya ada semak belukar yang begitu rimbun di depan kami.
Jam tangan menunjukan pukul lima lebih duapuluh menit. Jalan kami semakin cepat
karena takut kehilangan moment sunrise yang menjadi tujuan pendaikan ini.
Namun semakin jauh kami berjalan, semakin tidak terlihat tanda-tanda jalur yang menuju ke arah
puncak, sementara matahari semakin tinggi.
Akhirnya kami trabas saja menaiki bukit
yang belum ada jalannya dengan harapan bisa memotong jalan dan bisa berada di
posisi yang lebih tinggi.
Setelah merasa berada di spot yang lumayan bagus, kami putuskan untuk berhenti dan menikmati terbitnya
matahari. Tidak lagi berusaha ngoyo untuk terus sampai ke puncak. Karena jika diteruskan, kami bakal kehilangan momen sunrise. Walaupun pada akhirnya, moment sunrise juga tidak kami dapatkan, karena kabut dan mendung tak kunjung hilang. Hiks.
Matras kami gelar, jahe susu kami tuang, rokok kretek kami
nyalakan sambil duduk memandangi mentari pagi yang perlahan-lahan naik ke atas, menyibak kabut tebal disekitarnya dan membuka pemandangan indah
bukit-bukit dibawah sana.
Kondisi Gunung Beser hampir sama dengan Gunung Prau,
Dieng dimana di bagian atas hanya
terdapat bukit-bukit rumput tanpa pepohonan sejauh mata memandang.
Bedanya, disini bukanlah padang rumput, melainkan padang semak belukar yang
tinggi-tinggi. Hal ini mungkin dikarenakan ketinggian Gunung Beser lebih rendah dari Gunung Prau dan
air yang ada di sini juga melimpah sehingga memungkinkan tumbuhnya vegetasi lain selain rumput.
Gunung Slamet juga terlihat di sebelah barat. Tinggi menjulang dengan gagah bak pelindung dan pengayom kehidupan dibawahnya.
Pemandangan indah ini tidak berlangsung lama karena kabut tebal kembali turun, menghalau
pandangan.
Yah, apa boleh buat, kami tunggu saja sampai siang. Rebahan di atas matras sambil bercengekrama.
Jam tangan menunjukan pukul tujuh pagi dan
langit sudah terang benderang, tetapi kabut tebal masih menutupi sebagian
pemandangan.
Kami berkemas dan kembali
melanjutkan pencarian jalur menuju puncak Gunung Beser.
Di tengah jalan kami bertemu dua
warga lokal yang sedang mencari rumput untuk pakan ternak.
Kami tanyakan arah jalan menuju puncak
kepada dua orang bapak ini. Katanya jalan menuju puncak sudah lama tidak
dilalui dan sudah lama juga tidak ada orang atau warga sekitar yang naik ke puncak karena
salah satu bagian gunung yang terdapat jalur menuju puncak telah longsor.
Wah, informasi tersebut menbuat kami sedikit kecewa. Karena jalur yang ada di pungungan bukit ini ini jika diteruskan
hanya akan memutar balik atau tembus ke jalur lain dibawah. Akhirnya kami
putuskan untuk putar balik alias turun.
Dalam perjalanan turun kami bertemu
lagi serombongan warga yang hendak mencari rumput. Kembali kami sampaikan keluh kesah
kami kepada mereka.
Nah, dari rombongan ini kami mendapat sedikit pencerahan bahwa ada jalan
lain menuju ke puncak yang terletak di perbatas vegetasi hutan pinus-semak belukar. Disitu kami harus
belok kanan menuju ke atas, melewati pinggir jurang menembus semak belukar.
Katanya disitu ada jalurnya.
Dengan mengucapkan terimakasih dan hati-hati di
jalan, kami melanjutkan penjelajahan kami menuju jalur yang dimaksud warga tadi.
Pas di perbatasan vegetasi, kami menemukan jalur yang dimaksud yang
sekarang sudah tertutup semak belukar, dan benar, pinggir jalan tersebut adalah
tebing vertikal yang amat curam. Kembali, rasa sesal menjalar, dengan
pertimbangan waktu, tenaga, peralatan dan safety equipment yang minim, kami
urungkan niat untuk ke puncak demi keselamatan dan kembali turun.
Akhirnya kami nyatakan bahwa eksplorasi Gunung Beser kali ini
belum berhasil dikarenakan persiapan yang kurang matang.
Jadi, saya rasa perlu
diadakan eksplorasi lanjutan di kemudian hari untuk membuka potensi wisata yang ada di
Gunung Beser.
Sepanjang perjalanan pulang, alunan merdu berbagai suara burung liar menjadi background music perjalanan kami. Aaahhh... Lelah kami sedikit terbayarkan dengan suguhan simfoni alam ini.
Another Complete Fact about Gunung Beser From my hiking mate, Fito:
Tidak banyak yang tahu mengenai salah satu pegunungan atau puncak yang eksotis ini. Gunung Beser (puncak beser), ya itulah sebutan nama salah satu puncak tertinggi di kecamatan KarangJambu-Purbalingga lebih tepatnya ada di Desa Jingkang yang mempunyai ketinggian sekitar 1800 mdpl.
Puncak ini terletak di arah timur laut Gunung Slamet yang ada di Kecamatan Karangreja, tidak sulit untuk menuju arah kesana, tinggal menuju arah kecamatan karang jambu dan cari arah desa jingkang meskipun tidak ada papan penunjuk menuju ke puncak tapi banyak warga sekitar yang tahu lokasinya.
Kenapa dikatakan gunung beser? Konon puncak ini menyimpan air tanah yang sangat melimpah dan tidak akan pernah kering.
Istilah beser sendiri dalam bahasa jawa artinya mudah kencing (beseran), karena itulah cukup sepadan juga dikatakan gunung beser karena mengandung banyak air.
Istilah beser sendiri dalam bahasa jawa artinya mudah kencing (beseran), karena itulah cukup sepadan juga dikatakan gunung beser karena mengandung banyak air.
Perlu digaris bawahi bahwa sebutan gunung disini bukan berarti gunung berapi aktif lho, maka jangan harap menemukan kawah disini.
Gunung ini merupakan puncak dari deretan pegunungan pinus yang ada dibawahnya dan tanaman yang ada dipuncak adalah tanaman glagah alas yang tumbuh liar.
Gunung ini merupakan puncak dari deretan pegunungan pinus yang ada dibawahnya dan tanaman yang ada dipuncak adalah tanaman glagah alas yang tumbuh liar.
Perjalanan menuju puncak ini memakan waktu sekitar 1,5 jam berjalan kaki dari pinggiran jalan aspal desa.
Bagi para pemburu Sunrise puncak ini cocok untuk hunting foto karena menghadap ke arah Timur Laut. Kalau cuaca cerah mungkin gunung-gunung tinggi di pulau jawa pun bisa terlihat, (maklum waktu penulis kesana kondisinya sehabis hujan dan berkabut).
Untuk menaklukan puncak ini, bagi para traveler sebaiknya membawa peralatan keamanan dan logistik yang mamadai, mengingat daerah ini merupakan daerah yang bersuhu sangat dingin, sering hujan dan tekstur tanah yang mudah longsor ketika hujan bahkan terkadang Juga Babi Hutan (celeng) masih terlihat melintas disana, maka dari itu perlu hati-hati juga kawan.
Untuk menaklukan puncak ini, bagi para traveler sebaiknya membawa peralatan keamanan dan logistik yang mamadai, mengingat daerah ini merupakan daerah yang bersuhu sangat dingin, sering hujan dan tekstur tanah yang mudah longsor ketika hujan bahkan terkadang Juga Babi Hutan (celeng) masih terlihat melintas disana, maka dari itu perlu hati-hati juga kawan.
Minimal yang perlu dibawa adalah Jaket tebal yang bisa tahan air/embun, Jas hujan, Senter (kalo mendaki dini hari), air minum, sepatu Lapang, camilan, plastik kresek sampah, p3k dan yang pasti Kamera atau HP yang mampu capture pemandangan yang indah.
Keren bro, ngesuk jajal tek dolan ngonoh lah, wis tau ming gunung kelir urung ?
BalasHapusGunung kelir juga mantep kwe, nk esuk2 agi begja bisa weruh lautan awan.
Hapushahaha.. kenapa ra majang wajahku sisan beng?
BalasHapusaja, mbokan koe terkenal koh, haha
BalasHapusEhem.. Namanya kok mirip2 apaa gitu ya, Beser,, hahaha
BalasHapusBelum pernah muncak, nih..
haha, beser kan artinya selalu kebelet kencing mas, kayak gunung ini yg selalu mengeluarkan air sepanjang hari.
BalasHapus