...
Singkat cerita saya bekerja lah sebagai asisten safety officer di salah satu perusahaan persewaan kapal dan bongkar muat kargo.
Ini adalah kali pertama saya bekerja di pelabuhan bongkar muat dengan pengetahuan yang masih 'nol'. Untung safety officernya baik hati dan mau mengajari saya. Alhasil saya jadi mulai terbiasa dengan istilah-istilah yang ada di dunia bongkar muat.
Pekerja di perusahaan bongkar muat ini terbagi menjadi dua. Pertama adalah pekerja dari perusahaan bongkar muat (PBM) yang bertindak sebagai 'event organizer'-nya. Kedua adalah pekerja lapangannya yang berasal dari koperasi TKBM (Tenaga Kerja Bongkar Muat) Pelabuhan Batu Ampar, Batam.
|
Safety induction oleh pak Wawan sebelum pekerjaan dimulai
|
Jam 8 pagi, pekerja sudah mulai berkumpul. Rata-rata pekerjanya berbadan kekar. Walaupun ada yang tidak kekar, setidaknya badan mereka kencang, bukti bahwa mereka bekerja menggunakan fisik.
Yang menarik perhatian, sekitar 30% dari para pekerja bongkar muat ini adalah kakek-kakek, dengan rambut dan jenggotnya yang sudah memutih. Sisanya ya antara umur 25-40an.
"Memang mereka masih kuat kerja begini pak?" tanya saya kepada pak Wawan, safety officer. "Eh jangan salah, mereka itu walaupun sudah tua tapi tenanganya masih luar biasa beng." jawab pak Wawan.
Banyaknya pekerja usia lanjut ini tak lepas dari kurangnya regenerasi pekerja.
Buruh bongkar muat merupakan tipe pekerjaan kasar dan berat serta tidak membutuhkan kualifikasi pendidikan yang tinggi. Sedangkan anak muda jaman sekarang sepertinya lebih memilih pekerjaan kantoran yang nyaman dan tidak panas.
Pembagian Kerja
|
Rigger menyeimbangkan muatan agar posisinya sejajar dengan bak truk di bawahnya |
Para pekerja bongkar muat ini terbagi menjadi beberapa posisi kerja yakni rigger (juru ikat), crane operator, mandor, foreman, safety officer, counter, dan agensi.
Crane operator tugasnya menjalankan mesin crane dan mengangkut kargo dari kapal ke darat atau sebaliknya.
Rigger atau juru ikat tugasnya mengikat atau memastikan barang/kargo terikat dengan baik pada kaitan crane sehingga bisa dilakukan pengangkatan dengan aman
Mandor, tugasnya mengawasi kerjaan rigger dan crane operator yang berada di bawah pengawasannya.
Foreman, adalah pemimpin para pekerja bongkar muat ini, dialah kunci dari proses bongkar muat ini.
Safety Officer tugasnya membuat desain kerja agar pekerjaan yang dilakukan crane dan rigger aman dari kecelakaan. Kalau dilapangan tugas safety hanya melakukan pengawasan saja.
Counter, tugasnya menghitung barang atau kargo yang masuk.
Agensi, bekerja jika kapal yang di bongkar adalah kapal asing. Mereka bekerja mengurus ijin dan dokumen keimigrasian serta bea cukai.
|
Bekerja 24 jam dari pagi sampai malam |
Proses kerja bongkar muat kargo ini berlangsung 24 jam loh, terbagi menjadi shift siang dan shift malam.
Jenis kargo banyak macamnya, ada kontainer, ada pipa, ada lembaran-lembaran besi, dll.
Proses kerjanya ya hanya berkisar soal mengikat kargo untuk dikaitkan ke crane, lalu crane mengangkat kargo untuk diturunkan ke darat dimana truk-truk besar sudah mengantri.
Berasa Keluarga
|
Pelabuhan Batu Ampar, berseberangan langsung dengan Singapura. Dari sini kita bisa melihat gedung-gedung dari negeri tetangga
|
Walaupun terlihat simple, pekerjaan kuli bongkar muat ini membutuhkan tenaga yang besar karena tali yang digunakan bukan tali biasa, melainkan tali besar dengan berat berkilo-kilo. Belum lagi kondisi pelabuhan bongkar muat itu kalau siang hari panasnya bukan main.
Suasana kekeluargaan begitu terasa ketika waktu istirahat tiba. Wajah-wajah ramah dan sumringah terlihat jelas dari raut wajah mereka. Mereka terlihat puas dengan pekerjaannya.
"Bapak yang pakai wearpack (baju kerja) biru itu biasa kita panggil 'abah' mas, dia sudah kami anggap orang tua sendiri" kata Imam, salah satu pekerja TKBM yang usut punya usut ternyata kami berdua berasal dari daerah yang sama, yaitu Purbalingga.
Suasana akrab dan serba kekeluargaan ini mungkin dipicu oleh kesamaan latar belakangnya, yakni sama-sama perantau. Jauh dari keluarga memaksa para perantau membuat keluarga baru di daerah rantauannya sehingga tidak heran pekerja-pekerja ini sangat ramah.
Ada semacam rasa senasib sepenanggungan di pelabuhan ini.
Tak butuh waktu lama bagi saya untuk cepat akrab dengan mereka. Sama-sama buruh harian, sama-sama perantau, sama-sama cari rezeki halal.
"Uang sikit tak pe, yang penting kite punye kerja halal, barokah. Uang banyak tapi haram, tapi riba, buat ape je?" itulah 'nasehat harian' dari abah dengan logat melayunya yang kental saat kami sedang istirahat.
Yah, mulai saat ini saya akan banyak-banyak bersyukur mengikuti nasehat dari abah. Tak apa sedikit, yang penting halal dan hasil keringat sendiri.
Tiga hari berlalu dan proyek bongkar muat kapal Gertrudis ini pun berakhir. Saya kembali menganggur, namun rasanya puas sekali.
Makasih abah, makasih teman-teman TKBM. Besok kalau ada bongkaran lagi saya ikut yaa, hehe.
...
Baca Juga: